Pemilik Adila Group: Demi Pensiun Muda
Karena ingin kaya di usia muda, serta punya kemerdekaan finansial dan waktu, Andi merintis usaha sejakdini. Ketika ditimpa kegagalan, ia segera bangun dan mengasah jiwanya agar senantiasa berfikir positif. Pengalaman gagal menjadikannya waspada dan selalu mengontrol usaha dengan ketat.
HARI
INI Andi Sufariyanto yang Anda lihat adalah seorang CEO sebuah kelompok bisnis
yang mulai menggurita. Adila Group yang dibangunnya telah menjadi konglomerasi
bisnis yang bergerak ke berbagai arah. Mulai dari distribusi garment serta
produk spa dan aroma terapi, penyedia virtual ofjice, serta perusahaan
investasi dan pengelolaan properti. Pendek kata, ia pengusaha sukses dan
membuat iri banyak orang. Di usia 28 tahun kini, boleh dibilang ia telah
memiliki segalanya.
Namun semua hasil manis itu adalah buah perjuangan pahit-getir Andi. Anak pertama dari seorang petinggi BUMN ini merintis usahanya sejak menginjak tahun pertama masa kuliahnya, ketika kebanyakan temannya masih asyik menikmati masa muda. Bahkan cita-cita menjadi wirausahawan pun sudah tertanam di benaknya dalamusia yang sangat dini. “Sejak SMA saga sudah tertarik dan bercita-cita menjadi pengusaha,” ujarnya. Obsesi menjadi pengusaha makin mengental saat ia harus hidup mandiri, jauh dari orangtuanya. Selepas dari SMA Negeri II Padang, pria kelahiran Padang 8 Juli 1981 tersebut diterima di D3 Mesin Institut Teknologi Surabaya. Di rantau inilah Andi mulai merintis usaha untuk mendapatkan penghasilan. Awalnya, pada 2001, Andi memilih jual beli telepon seluler (handphone). Ponsel yang ia bisniskan hanyalah ponsel bekas. Pasar sasarannya adalah rekan-rekannya sekampus, yang kebanyakan juga berkantong tipis.
BERALIH MENJADI MAKELAR
Merasa sukses membesarkan modal di bisnis HP bekas, pada tahun 2002 ia
mengajak beberapa teman kuliahnya untuk membuka usaha service HP di wilayah
Sidoarjo. Namun usaha ini ternyata tidak berjalan lancar. Apa mau dikata,
ketimbang terjadi pendarahan keuangan yang lebih parah, dengan berat hati Andi
harus menutup usaha servis ponselnya. “Saya sempat shock waktu itu. Tidak
mengira sama sekali akan mengalami kerugian,” kenang penggemar rujak cingur
tersebut.
Masa depan tidak ada yang bisa memastikan. Tetapi masa depan bisa
dikontrol dengan langkah yang cermat. Namun ia tak sudi terus berkubang dalam kegagalan. Setelah sempat
merenung beberapa bulan, perlahan-lahan Andi membenahi perasaannya untuk segera
bangkit. “Saya mempunyai prinsip, apa yang bisa saya lakukan hari ini akan saya
kerjakan dengan upaya seratus persen. Masa lalu tidak diubah masa depan tidak
ada yang bisa memastikan. Tetapi masa depan bisa dikontrol dengan langkah yang
cermat,” ujarnya.
Naluri bisnis penggemar warna biru ini ternyata tidak pernah memudar.
Dari kuliah yang dipelajari di kampus plus hobi modifikasi motor. Andi punya
gagasan untuk membuka usaha bengkel mobil plus salon mobil rumahan (cuci
mobil). Pada saat yang sama, ia juga mencoba eruntungan sebagai distributor
beberapa produk massal asal Cina yang mulai membanjiri tanah air. Mulai dari
aksesori sampai produk rumah tangga yang di pasaran lebih dikenal sebagai
barang serba Rp 5.000.
Dari situ Andi merambah ke bisnis produk – juga dari kelas yang
harganya merakyat. Pelan tapi pasti bisnisnya terus berkembang. Ia melangkah
lagi dengan menjadi distributor busana muslim merk Dannia Collections.
Pengalamannya sebagai makelar kini diterapkan dalam Skala lebih besar dengan
prinsip kemitraan. Saat ini memiliki tidak kurang dari 150 mitra bianis yang
tersebar di seluruh Nusantara. Dari sinilah ia mendapat sukses tak terkira
karena jeli melihat peluang. Untuk meyakinkan para mitra bianisnya dan menyemangati para pemula
terjun ke wirausaha, Andi tak ragu berbagi ilmu dan pengalaman di berbagai
forum. “Awali dengan bermitra, yakinkan calon mitra Anda atau investor untuk
diajak bekerjasama dengan bisnis yang Anda gagas,” tuturnya. “Jika Anda dapat melakukan,
itu merupakan langkah awal kesuksesan Anda dalam berbisnis,” lanjutnya.
Andi juga melirik bisnis kos-kosan eksklusif. Mengambil pelajaran dari
kegagalan pertama, bisnis yang sering dipandang remeh ini dikelola dengan baik
sehingga bisa berkembang menjadi bisnis properti yang terarah dan memberikan
keuntungan optimal. Tak berhenti hanya di situ, Andi terus menciptakan bisnis-bisnis baru.
Bersama Laila Asri, istri yang dinikahinya beberapa tahun lalu, ia membangun
bisnis body care product, khususnya produk spa dan aromatherapy. Usaha dengan
merek Pourvous ini terus dikembangkan menjadi entitas bisnis dengan prospek
yang menjanjikan.
Setelah itu ia menciptakan Virto Smart Office, bisnis terpadu yang
menangani penyewaan ruang kantor sekaligus perawatannya. Gagasannya berawal
dari kebutuhan Andi ketika memulai bisnis. Ia sering kerepotan ketika harus
mengundang klien atau mitra bisnis untuk rapat temu muka. “Banyak
pertimbangannya. Kalau saya undang ke kafe atau hotel terbentur biaya yang
tidak sedikit,” kenangnya. Bahkan untuk memberikan penawaran lewat fax pun
harus ada yang mengoperasikan. Begitu banyak hal bersifat adminiatratif
menghabiskan waktu jika diurus sendiri. Dari situ ia yakin jika para pebisnis
pemula juga menghadapi kendala yang sama. Virto menjanjikan fasilitas pendukung yang dapat diandalkan para
penggusaha karena dapat mengubah fixed cost menjadi variable cost. Beberapa
benda modal seperti mesin fax, fotokopi, scanner, dan sebagainya tak perlu
dibeli sehingga meringankan pengeluaran tetap. Bahkan biaya sekretaris,
administrasi, penerima dan pengiriman fax, pencatat pesan, fotokopi, kurir,
penerjemah, proyektor sampai mencetak dokumen, bisa digeser dari biaya tetap
biaya variabel.
Andi pun membuka usaha konsultasi dan pengurusan pengajuan kredit modal
usaha ke bank, perpajakan, cara pembuatan laporan keuangan, hukum, SIUP dan
NPWP untuk membuka usaha baru. Kepada para pelanggan, Virto berani menjanjikan
penghematan biaya hingga 85% karena pelanggan hanya membayar sesuai dengan yang
dibutuhkan. Intinya Virto Smart Office diharapkan bisa menjadi One Solution
bagi pebisnis pemula atau yang ingin mengembangkan usaha.
KUNCI SUKSES: MEMBANGUN JEJARING
Dari pengalamannya berusaha, Andi menyadari benar pentingnya
jejaring bisnis. la yakin kesuksesan bisnis ditentukan oleh kemampuan
seseorangorang dalam membentuk jaringan dan bagaimana mengembangkannya.
Maka ia pun mencoba memperluas jejaring bisnisnya dengan mengikuti Lomba
Wirausaha Muda Mandiri 2008 lalu. “Tujuan saya, dengan mengikuti kegiatan ini
saya bisa berkenalan dan membangun network dengan sesama pengusaha muda,” ujar
ayah Alika Putri Adila ini.
Saat ini perhitungannya sudah pasti. “Saga ingin pensiun dini di usia
33 tahun,” ujar pria yang kemudian menyelesaikan sarjana mesinnya di ITS dan
melanjutkan ke S2 Magiater Management di UGM. Ini berarti ia masih punya waktu
5 tahun untuk membangun kerajaan bisnis yang dicita-citakannya.
Yang jelas, saat ini PT Adila Imperium telah menjadi holding company
atas beberapa anak perusahaan seperti Panehicon, Adila Property, Pourvous dan
Virto Smart Office. Andi masih terus menata imperium bisnis yang dia randang
akan berkonsep “commercial profitable enterpriae that works without me.” la
ingin mencetak wirausaha baru di Indonesia dan memiliki 10.000 orang tenaga
kerja yang bekerja bagi usahanya. Langkah-langkah itu terus digapainya, terus
diraihnya, untuk menjadikan bisnisnya menggurita dan memberikan manfaat bagi
masyarakat lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar